Selasa, 31 Juli 2012

Welcome to New Wave Marketing

Welcome to New Wave Marketing

Jawa Pos- 26 Juni 2008

Hermawan Kartajaya
SELASA (24/6) malam, dua hari yang lalu, di MarkPlus Jakarta, saya menyerahkan New Wave Marketing Award yang kedua pada Toyota Astra Motors. Bulan lalu, award khusus itu diserahkan Michael Hermawan, COO MarkPlus Inc, ke kompas.com atas inisiatifnya invest besar-besaran menjadi Mega Portal.
Award itu sengaja saya bikin untuk memberikan semangat dan motivasi kepada perusahaan-perusahaan ''offline'' yang mulai mengambil inisiatif online. Yang dilakukan Toyota Astra Motors kali pertama adalah melibatkan beberapa celebrity bloggers waktu meluncurkan New Altis. Padahal, biasanya kan wartawan media yang diundang dalam acara seperti itu. Harapannya, supaya terjadi publicity yang punya kredibilitas sangat tinggi.
Menurut teori, publicity bisa lebih efektif daripada iklan karena ditulis oleh pihak ketiga. Kalau Anda mengatakan, Anda sendiri bagus kan tidak lucu. Tapi, kalau Anda memberikan konferensi pers dan mereka kemudian secara ''sukarela'' menulis, itulah yang ditunggu.
Sebagian orang yang salah kaprah menganggap, itulah PR atau public relations. Padahal PR kan bukan cuma itu. Bisa even, bisa news, bisa lobby, dan sebagainya.
Tetapi, sekarang zaman sudah berubah lagi. Blogger punya daya viralisasi tinggi karena selebriti biasanya punya web atau blog sendiri. Selain itu, karena banyak diakses orang dan punya link dengan banyak pihak, apa pun yang ditulis mereka akan bisa menciptakan awareness yang tinggi. Kalau mereka memberikan komentar positif, pengaruhnya juga akan luar biasa.
Inilah era I-report dan I-journalism. Orang akan sukarela me-report dan jadi wartawan untuk Anda, asal mereka suka. Gak bisa dibayar karena mereka biasanya lebih suka sesuatu yang natural.
Kalau dulu Anda tidak dimuat oleh media besar, terpaksa Anda harus pasang iklan. Sekarang? Anda bisa ''minta tolong" blogger yang terkenal atau justru membuat blog sendiri, seolah membuat media sendiri. Lalu, membuat komunitas sendiri, online.
Kembali pada Toyota, baru-baru ini, mereka malah bikin kontes nulis tentang Kijang. Jelasnya, mereka meminta orang untuk menuliskan The Kijang Experience. Maklum, Kijang sudah merayakan HUT ke-30 dan sampai ke generasi kelima yang bernama Innova itu. Nah, pasti sudah cukup banyak yang punya pengalaman dengan Kijang.
Sambutannya? Luar biasa. Banyak sekali, ternyata, orang yang kepengin mengekspresikan diri. Bahkan, perasaan cintanya pada Kijang. Itu gejala yang disebut I-express. Persis sama dengan kontes-kontes di TV yang menampilkan kontes nyanyi. Yang daftar ribuan. Kenapa? Sebab, inilah kesempatan untuk manggung gratis, lagi pula siapa tahu bisa menang.
Nah, dengan memanfaatkan fenomena I-express itulah, Kijang ingin menjaring perasaan customer-customer setianya yang bisa dimanfaatkan sebagai brand story yang bisa di-share-kan lagi.
Di akhir 2007, di MarkPlus Conference Jakarta, saya me-launch delapan tren Marketing In Indonesia. Tren nomor satu adalah internet booming. Hingga enam bulan pertama, hal itu sudah terbukti. Jumlah pengguna internet naik pesat. Akses ke internet tambah murah. Pilihannya makin banyak dan makin cepat. Warnet pun makin banyak. Karena itulah, saya mengundang Menkominfo Mohammad Nuh yang arek Suroboyo untuk membuka The MarkPlus Festival, 10 Juli.
Welcome to the New Wave Marketing Era. Join it or you will be left behind. Bagaimana pendapat Anda? (hermawan kartajaya.com)

Strategic Planning itu apa sih?

Oleh Totot Indrarto
Ditulis untuk Majalah AdDcition, April 2006

sumber : http://satucitra.co.id/2006/04/strategic-planning-binatang-apa/


Lebih dari sebelumnya, beberapa tahun terakhir dunia periklanan Indonesia diramaikan dengan sebuah terminologi “baru”, yakni Strategic Planning.

Dalam obrolan sehari-hari, diskusi-diskusi formal, atau tulisan di berbagai media, istilah tersebut kian kerap muncul. Berbarengan dengan itu, semakin banyak beredar kartu nama orang iklan dengan jabatan baru: Strategic Planner atau Strategic Planning Director.
Ketika melakukan peliputan bulan lalu, AdDiction mewawancarai dua petinggi sebuah biro iklan multinasional untuk dua artikel berbeda. Yang menarik, kedua orang itu memiliki jabatan sama: Strategic Planning Director. Kami segera melakukan ricek, termasuk ke orang nomor satu di perusahaan tersebut, karena sebelumnya kedua orang itu lebih dikenal sebagai Creative Director dan Client Service Director. Ternyata benar, keduanya sekarang memang Stategic Planning Director.
Tentu saja bukan hal aneh bila agency dengan 200 lebih karyawan itu sampai perlu mempunyai dua strategic plannersekelas direktur. Ini justru berita baik: semakin banyak biro iklan bersedia membayar gaji (besar) untuk semakin banyak karyawan yang job description-nya lebih dominan berpikir.

Berpikir?
Strategic planning sesungguhnya bukan hal baru dalam advertising. Banyak orang, terutama di luar industri ini, lupa, di balik setiap iklan yang tampak sepele itu terbentang sebuah pemikiran yang strategis dan mendalam. Kerap kali sangat kompleks tapi jernih – jadi bukan complicated. Pemikiran itu biasa disebut strategi. Communications atau advertising strategy.
Mari kita bayangkan iklan adalah ikan. Berjuta variasi ukuran dan bentuk ikan yang terlihat indah (kadang juga menjijikkan) adalah wujud akhir sebuah iklan: TVC, print ad, dan lain-lain. Sementara tulang-belulang di dalam ikan itu bisa diibaratkan strateginya. Bentuk dan susunan tulang yang berbeda akan menghasilkan bentuk ikan yang berbeda. Tulang yang rapuh juga bakal menghasilkan ikan yang rapuh. Tanpa tulang, tak akan pernah ada ikan — cuma segumpal daging tanpa konsep yang jelas.
Begitu juga iklan. Meskipun tidak terlihat mata, tidak mudah “dibaca” (karena bersifat rahasia), dan seringkali diabaikan, bahkan oleh orang iklan sendiri, strategi hakikatnya adalah nyawa setiap iklan. Dalam banyak kasus, strategi benar-benar berfungsi laiknya nyawa dalam arti sesungguhnya. Banyak contoh iklan yang buruk tapi berhasil mencapai tujuannya semata-mata karena strategi di balik iklan itu benar-benar hebat. Atau sebaliknya, banyak iklan luar biasa bagus namun tidak memberikan hasil apapun karena memang dibuat tanpa strategi yang kuat. Barangkali itu sebabnya pengiklan atau agency tak pernah kapok membuat iklan jelek. Yang penting strateginya bagus!
Sejak dulu, perumusan strategi komunikasi merupakan tanggung jawab orang-orang account management, khususnya Account Director atau Client Service Director. Artinya, meski tidak pernah disebut eksplisit, mereka punya dua tugas besar: mengelola pekerjaan bersama klien (client servicing) dan memikirkan strategi komunikasi (strategic planning).
Sampai sekarang juga tetap begitu. Namun, belakangan, beban kerja account management semakin dirasakan berat. Pekerjaan client servicing bertambah kompleks  serta menyita sangat banyak waktu, energi, dan pikiran. Pada sisi lain, situasi pasar dan persaingan (merek-merek klien) kian crowded, sehingga menyebabkan pekerjaan strategic planning juga bertambah sulit. Membutuhkan lebih banyak konsentrasi, pemikiran, riset, data, referensi, diskusi, dan lain-lain. Dengan kata lain: keduanya kini telah menjelma menjadi full time job yang semakin mustahil dikerjakan oleh satu orang secara multitasking.
Begitulah, di banyak biro iklan sebagian fungsi dari account management tersebut kemudian dikelola oleh strategic planner. Masing-masing diharapkan bisa fokus pada tanggung jawab utamanya. Bersamaan dengan pemisahan task itulah, istilah strategic planning, yang dulu melekat pada profesi account management, menjadi kian populer.
Mungkin karena masih baru, tidak ada job description baku dari strategic planner. Di setiap biro iklan, tugas dan tanggung jawab strategic planner bisa bervariasi. Tapi intinya ia membantu account management memikirkan problem pemasaran yang dihadapi klien, merumuskan brand platform, strategi komunikasi, dan rencana periklanan terbaik untuk mengatasi problem tersebut, serta me-review creative brief dari account management – atau menuliskannya sendiri.
Sehari-hari strategic planner terlihat aktif dalam briefing session dan creative review. Yang pertama menjelaskan creative brief secara panjang lebar dan mendetail supaya orang-orang kreatif memperoleh gambaran utuh mengenai segala situasi dan pemikiran di balik iklan yang akan dibuat, sekaligus merangsang lahirnya ide-ide kreatif yang hebat. Yang kedua menilai apakah ide-ide yang telah dikembangkan oleh orang-orang kreatif sudah cocok dengan strategi dasarnya.
Di luar itu strategic planner juga bisa terlibat aktif dalam brainstorming dengan orang-orang kreatif, memimpin bebagai riset (mengenai merek, produk, pasar, konsumen), serta membantu melakukan presentasi untuk menjual konsep dan ide yang diusulkan.
Seperti telah disinggung di atas, yang dikerjakan strategic planner hanya sebagian fungsi account management. Artinya, ia bukan keharusan. Yang penting, biro iklan tetap menjalankan fungsi itu. Oleh orang account managementatau strategic planner khusus bukan masalah.
Makin serius makin baik. Setidaknya karena dua alasan. Pertama, output kreatif hebat seringkali lahir dari strategic planningyang bagus. Kedua, klien memilih agency bukan semata karena hasil kreatifnya, tetapi juga mempertimbangkan kualitas strategic planning-nya.

Bisnis era 3000

Aih! Dunia bisnis benar-benar berubah! *jreng-jreng-jreng :efek sinetron*
Begitupula bisnis di Indonesia!. Mungkin temen-temen udah pada tau ya kalau di akhir 2010 kemarin, perekonomian Indonesia akhirnya mencapai income/capita US$3.000, nah.. angka tiga rebu itu akhirnya menyebabkan banyak manusia yang derajat/kastanya naik, dari kalangan proletar menjadi aristokrat! (Lebay..).

FYI bro, angka capita 3000 itu sebenernya termasuk keramat, China yang dulunya carut marut perekonomiannya, eh tiba-tiba sekarang jadi penguasa di bidang bisnis dan ekonomi(walau kebanyakan yang dijual barang KW kayak di blok M sih haha) dan ternyata mereka memulai menjadi 'penguasa' setelah mencapai GDP US$ 3.000 itu lho. Beuh! apakah Indonesia bakal sama kaya China yak? wow!

Nah, tanda-tanda perubahan yang terjadi di Indoensia setelah mencapai GDP US$ 3.000 itu apa dah? menurut salah satu pembicara di pelatihan Forum Indonesia Muda, yaitu bisa dilihat dari perubahan gaya beli konsumen. Sekarang kita bisa liat, buanyak banget yang namanya resto-resto di mall atau semacam foodcourt yang harganya itu terjangkau. Kita ambil contoh Solaria, pada tau kan? udah pernah ke sini? (gue sih beloman hahaaa).. nah, Solaria itu punya konsep tempat makan yang gayanya 'high' (punya gengsi gitu loh) namun terjangkau dari segi harga. Terus hubungannya dengan 'perubahan gaya beli konsumen apa?'.. nah begini nih, gara-gara pendapatan per-kapita orang Indonesia naik, maka terjadilah perubahan kasta, kita sih biasa mengklasifikasikan kasta-kasta itu sebagai berikut:

A -untuk tingkat atas
B -untuk tingkat menengah
C -untuk tingkat bawah
D -untuk tingkat bawaaaahhhh banget


Sehingga setelah menembus capita US$ 3.000 itu, dari kalangan D naik menjadi kalangan C, dan begitupula di kalangan C, banyak yang naik menjadi kalangan B. 





Secara psikologis, orang-orang di kalangan C dan D itu, dulunya takut untuk makan di Mallkarena bayangan mereka: 'mahal','orang kaya','nggak bisa ngutang','Nggak ada gorengan', dll. Namun, setelah terjadinya GDP US$ 3.000 itu, gaya beli mereka pun berubah karena secara psikologis atau mental mereka juga telah berubah! "Saya mau makan enak! bosen tempe mulu!","Nyoba ah makan ke Mall, sekali-kali, lagi ada duit nih","Saya orang terlanjur kayaaa! Huahaha! Merakbaaall enteee!!" (efek negatif GDP US$ 3.000 = jadi sombong wkwkwk), mereka pun mulai memberanikan diri untuk masuk ke 'wilayah' yang dulu mereka enggan masuki.. bayangkan! ada berapa juta orang baru yang masuk ke 'wilayah' ini? sebuah peluang bisnis yang besar banget kan?. Nah, itulah yang diliat sama Solaria, mereka tahu kebutuhan 'orang-orang baru' ini.. dibuatlah konsep tempat makan yang high (punya gengsi) namun masih terjangkau. Cerdas! dan terbukti, bejibun deh yang beli, nggak ada matinya Solaria. Dijamin deh, kalau Solaria itu buka tempat makannyanya waktu jaman dulu sebelum GDP mencapai US$ 3.000 nggak bakal deh selaku sekarang, apalagi kalau buka tempat makannya pas zaman purba, lebih nggak laku lagi.. malah tempat makannya dimakan sama Dinosaurus. hehe.

So, yang perlu kita tarik pelajarannya: Bisnis sekarang udah beda banget bro!, pelajari medan peperangan yang sekarang. Amati perubahan gaya beli dan mental masyarakat saat ini, cenderung kemana.. analisa lalu temukan peluang bisnisnya.

Oke ya, segini dulu aja pembukaannya, nanti kita akan bahas banyak hal lagi mengenai pengaruh-pengaruh angka keramat 3000 ini dan juga bisnis seperti apa yang 'hidup' di zaman ini? (sok tau banget gue udah kayak ahli aja hahaha). 


Muhammad Maula Nurudin Alhaq
Mahasiswa Kewirausahaan Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB kerma Seamolec batch 6

Internet Marketing Indonesia 99% Gagal


Internet marketing Indonesia harus baca artikel ini jika ingin berhasil dan memanfaatkan peluang usaha dari internet marketing, affiliate marketing, bisnis online dan semacamnya yang berhubungan dengan internet.
Jika anda tidak melakukan hal yang akan saya informasi kan disini, maka saya berani katakan bahwa 99% kegagalan akan terjadi bahkan sebelum anda memulainya :(
Mau tahu apakah yang saya maksud itu?

Apapun hal yang sedang internet marketing Indonesia tekuni saat ini, baik itu yang menggunakan cara promosi iklan atau apalagi dengan SEO untuk promosi website nya, dan juga baik itu bermain pada pay per click (PPC) seperti google adsense dan semacamnya, pay per lead (PPL), pay per sale (PPS) seperti membuat toko online amazon ini, atau bisa juga mungkin yang bermain paid review. Pertama kali yang harus anda lakukan adalah RISET KEYWORD atau riset kata kunci.
Khususnya bagi internet marketing Indonesia yang ingin website nya kebanjiran traffic (pengunjung) yang notabene sebagai calon pembeli (customer) pada website anda itu, maka camkan kutipan berikut:
“Jika anda tidak melakukan RISET KEYWORD dalam membuat website, maka website anda sudah gagal sebelum anda sempat membuatnya”
Jangan buang energi, tenaga dan materi anda untuk website yang ingin anda buat untuk bisnis online itu, kecuali bagi yang sedang belajar atau coba-coba bikin website, silahkan saja karena target dan tujuannya berbeda :P
Tetapi, jika anda ingin memiliki website yang banyak dikunjungi oleh pengunjung (traffic), apalagi traffic tersebut potensial untuk mendatangkan income bagi anda, maka jangan coba-coba abaikan informasi yang saya berikan ini.
Dalam membuat website, riset keyword ditujukan untuk mentarget dari kata-kata apa traffic website anda berasal, dan riset keyword bisa diterapkan paling tidak untuk 3 hal yaitu:
- Menentukan topik website anda.
- Menentukan nama domain anda.
- Bisa juga untuk bahasan artikel-artikel pada website anda tersebut nanti, untuk memperkokoh posisi website anda dimata search engine terhadap topik yang anda gunakan.
Hal diatas merupakan bagian kecil dari ilmu SEO (Search Engine Optimization), khususnya On Page Optimization pada website. Namun sebelum membahas lebih jauh, kali ini saya hanya ingin menekankan kepada internet marketing Indonesia bahwa riset keyword amat sangat perlu sekali dilakukan sebelum anda berniat membuat website yang menghasilkan untuk anda.

Entrepreneur Boom

by yuswohady


Kalau pada saat itu saya mengatakan bahwa Consumer 3000 merupakan konsumen potensial yang mampu menggeliatkan perekonomian, maka sesungguhnya kemunculan kelas menengah juga menjadi kekuatan potensial terbentuknya kalangan wirausaha (entrepreneur) yang sangat powerful.
Kenapa? Karena kelas menengah memiliki potensi dari sisi mindset dan karakter sebagai seorang entrepreneur; mereka memiliki aset dan modal yang memadai; mereka knowledgable, berwawasan, berpendidikan; dan yang menarik mereka adalah generasi yang melek teknologi (technology savvy) dan terkoneksi (connected) satu sama lain. Itu semua merupakan elemen penting terbentuknya lapis wirausahawan baru yang belum ada sebelumnya.
Franchise Entrepreneur
Dalam salah satu kajiannya, McKinsey&Co. mendefinisikan kelas menengah sebagai kelompok masyarakat yang memiliki pendapatan “menganggur” (disposable income, yaitu pendapatan sisa di luar yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari) mencapai 1/3 dari keseluruhan pendapatan.

Disposable income ini merupakan dana sisa yang siap diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk bisnis. Ketika mereka sudah memiliki cukup dana, berbekal wawasan dan tingkat pendidikan yang dimiliki, mereka akan menggunakan dana sisa itu untuk aktivitas nilai tambah produktif terutama membangun bisnis baru (startup).
Tak heran jika nantinya akan semakin banyak profesional dan pekerja kantoran yang sudah cukup disposable income-nya akan nyambi menjadi entrepreneur dengan berinvestasi di berbagai bentuk bisnis. Salah satu sektor bisnis yang saya ramalkan bakal boom adalah bisnis franchise. Kenapa franchise? Karena bisnis ini memiliki advantages yang cocok bagi kelas menengah baru Indonesia khususnya kaum profesional.
Kenapa begitu? Pertama karena bisnis franchise menawarkan risiko usaha yang relatif kecil dan bisa di-manage karena tak perlu dari awal membangun merek. Kedua, bisnis ini menawarkan return yang cukup reasonable dan menarik.
Socmed Entrepreneur
Salah satu sektor wirausaha yang bakal atraktif di era Consumer 3000 adalah bisnis online berbasis media sosial (social media business). Saya perkirakan boom social media entrepreneur yang terjadi di Amerika sekitar 10-15 sepuluh tahunan lalu, bakal terjadi juga di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Seperti kita tahu boom itu telah melahirkan ikon-ikon seperti Mark Zukerberg(Facebook), Larry Page (Google), atau Evan William (Twitter).

Ikon-ikon itu akan menjadi model dan inspirasi bagi calon-calon social media entrepreneur Tanah Air dalam mengembangkan bisnis ini. Di sisi lain, kesuksesan startup-startup lokal seperti Kaskus,Koprol, atau Bhinneka.com menjadi akselerator tersendiri bagi bermunculannya social media startup di Tanah Air. Apalagi setelah terjadi gelombang akuisisi kelompok usaha besar yang mulai melirik start up lokal seperti Koprol yang dibeli Yahoo!, Kaskus yang dibeli kelompok Djarum, atau Detikcom yang dibeli kelompok TransTV.
Pilihan untuk menjadi social media entrepreneur menarik karena berbagai alasan. Pertama, karena berinvestasi untuk menjadi social media entrepreneur menuntut investasi yang relatif kecil sehingga aksesibel untuk berbagai kalangan terutama kalangan muda dan mahasiswa. Modal utamanya adalah kreativitas dalam mendayagunakan teknologi informasi untuk mengisi peluang yang muncul di pasar. “Brain is your factory!” Kedua, bisnis ini memiliki potensi luar biasa karena merupakan sunrise business di Indonesia.
Small-Medium Entrepreneur
Saya meramalkan kemunculan konsumen kelas menengah baru Indonesia ini tidak akan akan berjalan smooth, persis seperti yang terjadi di Cina. Meningkat pesatnya daya beli, tingkat konsumsi, tingkat pengetahuan, dan melek teknologi, akan memicu terjadinya perubahan (baca: revolusi) perubahan perilaku konsumen. Perubahan drastis perilaku konsumen ini misalnya bisa kita saksikan dalam fenomena munculnya OKB (“orang kaya baru”) dengan konsumsi yang berlebihan sebagi dampak daya beli mereka yang meningkat cepat.

Lalu apa yang bakal terjadi ketika terjadi revolusi perilaku konsumen ini? Perubahan perilaku konsumen yang luar biasa akan memunculkan peluang-peluang pasar yang luar biasa pula. Nah, munculnya peluang-peluang ini pada gilirannya akan memicu munculnya para entrepreneur dalam jumlah yang luar biasa pula. Mereka akan melakukan inovasi-inavasi bisnis untuk menangkap peluang-peluang tersebut.
Siapa kira-kira jenis entrepreneur yang mampu berinovasi dan secara jeli menangkap peluang itu? Saya kira bukan entrepreneur besar, tapi justru entrepreneur kecil-menengah. Kenapa begitu? Karena pemain-pemain besar umumnya (karena gemuknya dan karena kondisi comfort zone-nya) kehilangan daya sensitivitas terhadap pasar sehingga kurang cepat merespons peluang-peluang tersebut. Pemain kecil lah yang bakal jeli mengendus peluang dan mewujudkannya menjadi bisnis-bisnis baru yang lukratif. Ingat, “The consumer 3000 era is the small business era!!!
Ayo para entrepreneur, kinilah saatnya Anda berkreasi, berinovasi, dan mencipta nilai luar biasa. Masa depan Indonesia ada di tangan Anda.